Sabtu, 25 Juli 2009

I. KONSEPSI KETUHANAN DALAM ISLAM

A. Pembuktian Wujud Allah
Untuk membuktikan adanya Allah, al-Qur’an mengisyaratkan suatu metode yaitu menyelidiki tentang kejadian manusia dan alam semesta. Langit dan bumi serta isinya merupakan bukti yang nyata tentang adanya Allah swt. Untuk membuktikan wujud Allah, Ibnu Rusyd menggunakan dua cara:
1. “dalil Inayah” (the proof of providence), yaitu mengarahkan manusia untuk mengamati alam semesta sebagai ciptaan Allah yang mempunyai tujuan/manfaat bagi manusia.
(QS. Luqman/31:20, QS. an-Naba’/78:6-16, QS. Ali Imran/3:190-191).
2. “dalil Ikhtira”, yaitu mengarahkan manusia untuk mengamati makhluk yang beraneka ragam yang penuh keserasian atau keharmonisan khususnya alam hayat.
(QS. al-Ghasyiyah/88:17-22, QS. al-Hajj/22:73).
Bukti lain tentang adanya Allah berdasarkan teori kefilsafatan antara lain :
a. Dalil cosmological, yang sering dikemukakan berhubungan dengan ide tentang sebab (causality). Plato dalam bukunya “Timeaus” mengatakan bahwa tiap-tiap benda yang terjadi mesti ada yang menjadikan. Dalam dunia kita tiap-tiap kejadian mesti didahului oleh sebab-sebab dalam benda-benda yang terbatas (finite) rangkaian sebab adalah terus menerus, akan tetapi dalam logika rangkaian yang terus menerus itu mustahil.
b. Dalil moral, argumen ini sering dihubungkan dengan nama Immanuel Kant. Menurut Kant, manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam hati sanubarinya. Orang merasa bahwa ia mempunyai kewajiban untuk menjauhi perbuatan yang buruk dan melaksanakan perbuatan yang baik. Manusia melakukan hal itu hanya semata-mata karena perintah yang timbul dari dalam lubuk hati nuraninya. Perintah ini bersifat universal dan absolut. Dorongan seperti ini tidak diperoleh dari pengalaman, akan tetapi manusia lahir dengan perasaan itu.

B. Tuhan Yang Maha Esa
Keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa (tauhid) merupakan titik pusat keimanan, karena itu setiap aktivitas seorang muslim senantiasa dipertautkan secara vertikal kepada Allah swt. Pekerjaan seorang muslim yang dilandasi keimanan dan dimulai dengan niat karena Allah, akan mempunyai nilai ibadah di sisinya. Sebaliknya pekerjaan yang tidak diniatkan karena Allah tidak mempunyai nilai apa-apa (QS. al-Bayyinah/98:5). Hadits Rasulullah saw. bersabda: “Bahwasanya segala perbuatan tergantung pada niatnya dan bahwasanya tiap-tiap orang adalah apa yang ia niatkan …… (HR. Bukhari dan Muslim).
Islam mengajarkan bahwa iman kepada Allah swt. harus bersih dan nurani, menutup setiap celah yang memungkinkan masuknya syirik. (QS. al-Ikhlas, 112: 1-4 dan QS. an-Nisa’, 4: 48).
Tauhid adalah mengitikadkan bahwa Allah itu Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Tauhid mencakup tujuh macam sikap, yaitu :
1. Tauhid Dzat
Tauhid Dzat artinya mengitikadkan bahwa Dzat Allah itu Esa, tidak berbilang. Zat Allah itu hanya dimiliki oleh Allah saja, yang selain-Nya tidak ada yang memiliki-Nya. Rasulullah menasehatkan: “Pikirkanlah ciptaan Allah dan jangan pikirkan dzat Allah, karena kamu tidak akan sanggup mengira-ngirakan hakekat yang sebenarnya.” (HR. Abu Naim dan Ibnu Umar).
2. Tauhid Sifat
Tauhid sifat adalah mengitikadkan bahwa tidak ada yang sesuatupun yang menyamai sifat Allah, dan hanya Allah saja yang memiliki sifat kesempurnaan (QS. asy-Syura/42:11).
3. Tauhid Wujud
Tauhid wujud adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah yang wajib ada. Adanya Allah tidak membutuhkan kepada yang mengadakan (QS. al-Hadid/57:3).
4. Tauhid Af’al
Tauhid Af’al adalah mengitikadkan bahwa Allah sendiri yang menciptakan dan memelihara alam semesta (QS. al-Furqan/25:2 dan QS. al-Muzammil/73:20).
5. Tauhid Ibadah
Tauhid ibadah adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah saja yang berhak dipuji dan dipuji. (QS. al-Fatihah/1:5 dan QS. al-Mu’minun/23:32).
6. Tauhid Qashdi
Tauhid Qashdi adalah mengitikadkan bahwa hanya kepada Allah-lah segala amal ditujukan, segala amal dilakukan secara langsung tanpa perantara serta ditujukan hanya untuk memperoleh keridhaan-Nya semata (QS. al-An’am/6:162).
7. Tauhid Tasyri’
Tauhid Tasyri’ adalah mengitikadkan bahwa hanya Allah-lah pembuat peraturan (hukum) yang paling sempurna bagi makhluk-Nya. Allah adalah sumber segala hukum.
(QS. an-Nisa/4:59 dan QS. al-Maidah/5:44 dan 47).

C. Iman dan Taqwa
1. Pengertian Iman dan Taqwa
Kata iman adalah bahasa Arab, berasal dari kata amana artinya aman. Maksudnya orang yang beriman selalu memiliki perasaan aman karena yakin selalu dilindungi oleh Allah. Dalam kaitan inilah iman terkait dengan aqidah. Aqidah itu berasal dari bahasa Arab, “aqad” artinya ikatan. Maksudnya ikatan hati dengan Allah.
Definisi iman ialah keyakinan penuh dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah dan diwujudkan oleh amal perbuatan.
Taqwa berarti hati-hati, mawas diri dan waspada. Menurut H.A. Salim dalam “Dienul Islam” yang dikarang oleh Drs. H. Nasruddin Razak, disebutkan bahwa taqwa lebih tepat disalin kata “ingat” dengan makna; awas, hati-hati, yaitu menjaga diri, memelihara keselamatan diri, yang dapat diusahakan dengan melakukan yang baik dan benar, mematangkan yang jahat dan salah seperti yang dikehendaki oleh taqwa.
Jadi pengertian taqwa secara umum ialah sikap mental orang-orang mukmin dari kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Allah swt. serta menjauhi segala larangan-larangan-Nya atas dasar kecintaan semata.
2. Tanda-Tanda Orang Beriman
• Senantiasa hatinya bergetar apabila membaca, mendengar ayat-ayat suci al-Qur’an.
• Mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezeki yang diberikan oleh Allah swt. (QS. al-Anfal/8:2-3).
• Taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (QS. al-Anfal/8:24).
• Beramal dan berdakwah dengan penuh kesabaran. (QS. al-‘Ashr/103:3).
3. Tanda-Tanda Orang Bertaqwa
• Dalam al-Qur’an disebutkan pada surat ali-Imran/3:131,133 dan 135.
• Memelihara diri dari hal-hal yang menjerumuskan ke neraka.
• Selalu menuju kepada maghfirah (ampunan Allah swt.).
• Apabila berbuat keji, segera mengingat Allah dan memohon ampunan-Nya.
• Segala perilakunya merasa disaksikan oleh Allah swt. (QS. al-A’raf/7:96).

D. Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan, menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78.
3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip, menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah dalam QS. Hud/11:6.
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa.
Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam firman Allah surat ar-Ra’d/13:28.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas, tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-An’am/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan, minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah laku, dan akhlak manusia.
Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu, orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern, seperti darah tinggi, diabetes dan kanker.
Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan asas moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap perbuatannya, tidak pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas. Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya selalu dibayangi oleh kematian.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup. Apabila suatu masyarakat terdiri dari orang-orang yang beriman, maka akan terbentuk masyarakat yang aman, tenteram, damai dan sejahtera.


Kasus :
Kadang-kadang kepercayaan seseorang seolah-olah tertutupi dan tidak ternyatakan. Namun dalam keadaan tertentu ia muncul dengan tiba-tiba. Misalnya, dalam keadaan gembira ria orang sering melupakan Tuhan, bahkan sebagian orang dengan sombong dan berani mengatakan: “tidak ada Tuhan.” Namun dalam keadaan kritis, ketika sedang diancam bahaya maut atau sedang berlayar di tengah lautan yang dilanda badai topan, orang dengan khusyu’ berdo’a memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
1. Kasus di atas memungkinkan bahwa pada prinsipnya setiap manusia mengakui adanya Tuhan. Bagaimana pendapat saudara trerhadap pernyataan tersebut ?
2. Diskusikan kasus di atas dengan teman anda, dalam hubungan dengan ayat yang menjelaskan bahwa roh manusia sudah meyakini adanya Tuhan, sebelum manusia dilahirkan di muka bumi ini.

Tidak ada komentar: